F Topeng Malangan : Sejarah dan Eksistensinya di Dusun Kedungmonggo | Ismanadi -->

Topeng Malangan : Sejarah dan Eksistensinya di Dusun Kedungmonggo


Topeng Malangan merupakan seni pemahatan topeng yang asli bercirikan khas Malang. Salah satu seni karya tradisional ini masih tetap bertahan sampai saat sekarang. Berdasarkan beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang telah berusia ratusan tahun. Pada masa dahulu Topeng Malang ini diwujudkan dengan bentuk pertunjukan yaitu saat ada acara tertentu seperti pernikahan, selamatan, dan hiburan pejabat tinggi kala itu. Topeng Malang sedikit berbeda dengan jenis topeng yang ada di Indonesia, coraknya khas dari pahatan kayu yang lebih realis serta menggambarkan karakter wajah seseorang. Terdapat banyak ragam dari jenis Topeng Malang yang dibuat seperti karakter jahat, baik, gurauan, sedih, kecantikan, ketampanan, bahkan sampai karakter yang sifatnya tidak teratur. Sajian ini nantinya dipadukan dengan tatanan rias dan pakaian untuk memainkan sebuah pewayangan atau cerita tertentu menggunakan Topeng Malang. Saat ini, perkembangan Topeng Malang sudah dapat dinikmati dalam bentuk drama, ada yang menceritakan tentang sosial dan cerita humor.


Satu-satunya padepokan yang sampai saat ini masih bertahan dalam melestarikan budaya asli Malangan adalah Padepokan Asmorobangun atau biasa juga dikenal Padepokan Panji Asmorobangun. Padepokan ini terletak di Jalan Prajurit Slamet di Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Seni Topeng Malangan ini semula dipopulerkan oleh Mbah Serun kemudian diteruskan oleh Mbah Kiman. Hingga sekitar tahun 1930 putra Mbah Kiman, yaitu Mbah Karimun, memulai pembuatan Topeng Malangan dengan dibantu oleh putranya, Taslan. Sekitar tahun 1992 Bapak Taslan meninggal dunia, sehingga Mbah Karimun dibantu seorang cucunya, Tri Handoyo, untuk pembuatan Topeng Malang. Mbah Karimun sendiri wafat pada tahun 2010 yang lalu sehingga padepokan dikelola oleh Handoyo.

Img by : brainly.com

Sejarah Topeng Malangan

Menurut penuturan dari Tri Handoyo, sejarah Topeng Malangan dimulai sejak kerajaan perama di Malang yakni Kerjaaan Kanjuruhan. Pada awalnya Topeng diguanakan sebagai sarana pemanggilan roh nenek moyang. Topeng hanya ditempelkan pada boneka tidak dikenakan pada orang seperti saat ini. Ukurannya hanyalah segenggaman tangan dan terbuat dari emas. Kala itu topeng disebut Sang Hyang Pusposariro, yang artinya -dari hati yang palig dalam-. Pada zaman itu, Prabu Gajayana ingin bertemu dengan ayahnya,yakni Dewa Sima dengan melakukan upacara Srada yakni upacara pemanggian nenek moyang, yang didalamnya terdapat topeng dari emas yang ditempelkan pada boneka. Pada masa Kerajaan Majapahit, kesenian Topeng ini sudah berkembang menjadi 2 fungsi. Yakni sebagai upaca pemanggilan nenek moyang dan juga sebagai sarana pertunjukan menyambut tamu-tamu kerajaan. Masa keemasan topeng ini, pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. 


Pada tahun1890 Bupati Malang yang saat itu dijabat oleh Raden Suryodiningrat, belia menginginkan menghidupkan Kesenian Topeng ini di Malang. Beliau dibantu oleh Camat Pakisaji yakni Raden Panji yang membantu mengajarkan Topeng Malang dilingkungan Kadipaten dengan membentuk sebuah kelompok wayang topeng. Pembuat topeng yang terkenal waktu itu adalah mbah Reni yang merupakan pegawai dikadipaten saat itu. Yang menyebarkan kedaerah adalah sosok Gurawan yang merupakan seorang kurir pengantar surat yang bekerja pada seorang nyonya belanda yang bernama nyonya Sulis di Kali Surak Lawang. Beliau ini diperbolehkan belajar topeng pada keluarga Belanda ini karena ada hubungan kerja dengan pendopo kadipaten, jika orang biasa tentu tidak akan diperbolehkan. Selain diperbolehkan belajar, bapak Gurawan ini juga diberikan segala perlengkapan terkait dengan topeng dan gamelan yag digunakan untuk membentuk kelompok topeng malang di Kali Surak Lawang. Sepeninggal nyonya Sulis, bapak Gurawan ikut anak dari nyonya Belanda tersebut yakni Van Der Khol yang betempat di Bangelan Kromengan Gunung Kawi. Ditempat ini lah beliau pak Gurawan juga mengajarkan kesenian topeng malangan ini. Dan salah satu muridnya yaitu mbah Serun yang dari kedung Monggo. 

Untuk melestarikan warisan Karimun, Handoyo setiap hari membuat topeng, baik untuk keperluan aksesori tari maupun sebagai souvenir. Hasil penjualannya digunakan untuk membiayai kegiatan padepokan. Pemerintah daerah pun menjadikan Topeng Malang sebagai salah satu hasil seni yang perlu dilestarikan dan diturunkan pada kalangan anak muda. Pada tahun 2007 Mbah Karimun dinobatkan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik sebagai satu dari 27 maestro seni tradisi. Bahkan Mbah Karimun pernah memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) atas keteguhannya melestarikan Topeng Malang.


Karakteristik Topeng Malangan berbeda dengan topeng dari daerah lain, seperti Solo, Cirebon, dan Bondowoso. Perbedaannya terletak pada ragam warna yang lebih banyak dibanding topeng daerah lain. Selain itu, ornamen atau ukirannya juga lebih detail. Hal yang paling menonjol, untuk karakter para ksatria ada cula, memakainya menggunakan tali. Topeng Malangan berkembang sejak masa kerajaan Hindu-Budha, dengan ciri khas cula, sinom, dan urna. Urna melambangkan karakter manusia, sinom sebagai semesta, dan cula melambangkan penguasa sebagai pengendali alam dan manusia. Terdapat 76 karakter tokoh yang dibagi menjadi empat kelompok besar. Pengelompokan pertama adalah sosok Panji dengan ciri-ciri berbentuk pemuda tampan, berbudi pekerti luhur dan gagah berani. Kelompok kedua merupakan wujud tokoh antagonis yang sesuai dengan corak ukiran pada topeng, yakni bermata bulat besar dan mempunyai taring. Kelompok ketiga adalah kelompok tokoh abdi atau pembantu dengan ornamen lucu pada ukirannya. Kelompok keempat adalah binatang sebagai pelengkap cerita.

Mbah Karimun ; Dok - infobudaya.com

Selain model atau wujud pertokohan, ciri Topeng Malangan dikuatkan dari pewarnaan dengan kombinasi lima warna dasar yakni, merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian, hitam melambangkan kebijaksanaan, dan kuning melambangkan kesenangan, serta hijau melambangkan kedamaian. Bukan hanya menjadi karya seni ukir berbahan kayu sengon, Topeng Malangan juga dipertontonkan menjadi kesenian tari di Padepokan Asmorobangun. Dari awal pendiriannya hingga sekarang, pertunjukan sendratari Topeng Malangan selalu memainkan kisah Panji yang menceritakan percintaan Raden Panji Asmorobangun (Inu Kertapati) dengan Putri Sekartaji (Candra Kirana) disertai Topeng Bapang dan Klono. Cerita panji ini menjadi inspirasi tari topeng yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Setiap Topeng Malang mempunyai karakter berbeda, demikian juga gerakan tari yang berbeda setiap karakternya. Biasanya, saat pertunjukan, pemeran hanya berganti topeng untuk memerankan tokoh-tokoh yang dibawakan. Namun dandanan pokok, seperti kain, celana, dan sampur, tidak berubah. Penari hanya berganti topeng dan irah-irahan (hiasan kepala).


Beberapa sumber menyebutkan ada beberapa karakter unik dari Topeng Malang, seperti karakter Demang yang menggambarkan sosok pejabat kala itu, Dewi Kili Suci dan Dewi Sekartaji yang menggambarkan kecantikan, Bilung yang menggambarkan karakter tidak teratur dan sebagainya. Uniknya lagi semua hasil dari Topeng Malang dibuat berdasarkan alur tradisional, dari memilih bahan kayu, mengukir, pembentukan karakter, sampai proses pengecatan semua dilakukan secara manual. Saat ini, kesenian Topeng Malang kerap dimainkan ditingkat pejabat tinggi daerah atau bahkan pertunjukan khusus yang memang disengaja untuk menarik wisatawan datang ke Malang.


Di padepokan ini diadakan latihan karawitan yang digelar dua kali sepekan. Setiap hari Minggu ada latihan gratis bagi anak-anak di desa untuk menari Topeng Malangan. Seni Topeng Malangan saat ini telah cukup dikenal sampai mancanegara. Bahkan pada saat tertentu, ada kunjungan dari pelajar dan mahasiswa dari luar negeri, seperti Jepang, Australia, Turki, dan Belanda. Topeng Malang sering dipesan dari berbagai daerah dengan harga antara Rp 100-500 ribu tergantung jenis kayu dan ukirannya. Bahkan, ada yang dihargai Rp 1 juta. Biasanya, pembuatan Topeng Malang menggunakan kayu sengon untuk topeng seharga Rp 100-500 ribu. Sedangkan kayu yang keras, seperti mentaos, kembang, nangka, bisa lebih mahal. Pemesan Topeng Malang ini biasanya dari berbagai kalangan, seperti dari galeri, mall, sekolah tari, wisatawan mancanegara dan lain-lain.


Ismanadi : Repost from Ngalam.com dengan beberapa penambahan
Sumber :
- YT Channel BPNB D.I Yogyakarta
BERIKAN KOMENTAR ()